Wednesday 23 October 2013

#31


lahir 11 November 2012 dalam proses yang cukup berat. Walaupun tak seberat kakak-kakak kami sebelumnya. Selama menjadi embrio, kami ditempa fisik dan juga mental, menjadikan kami pribadi yang kuat, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Ujian dan rintangan yang kami lalui bersama, menjadikan kami keluarga yang semakin hari semakin erat. Saudaraku berjumlah 36, saudariku berjumlah 35.
Kami anak ke 31. “Rahim” ini masih akan melahirkan anak-anak yang entah akan sampai berapa lagi. Saat ini, “rahim” ini sedang mengandung anak-anak yang akan menjadi adik-adik kami nantinya.
Kakak-kakak kami telah berhasil, memboyong piala di atas nama SMADA. Kebanggaan luar biasa sekaligus beban berat untuk mempertahankan prestasi tengah kami pikul saat ini. Terlahir dari “rahim” yang sama, kami pasti bisa seperti mereka.
Rahim ini bernama Bhakti Manggala Smada Jaya. Sebuah nama dari Pasukan Inti SMA Negeri 2 Yogyakarta. Tertulis jelas dalam badge seragam kebesaran kami, dan kaos kami yang berwarna sama.
Tujuan kami bukanlah menang. Tujuan kami menjadi yang terbaik. Tujuan kami adalah pembuktian atas segala anggapan meremehkan yang kami terima. Kami hanya ingin semua tahu, kanthi smada tetap berjaya!

Studium Generale


“jadilah permata bagi smada”

Sebuah kalimat singkat yang terlontar dari kakak angkatan jauh diatas kami. Beliau angkatan 4, sedangkan kami 31. Walau terpaut 27 tahun, beliau tetap ingin kami panggil “mas”. Mas Anies Rasyid Baswedan.
Adalah studium generale. Sebuah event yang digelar oleh kami, Smada Yogyakarta. Dimana di acara ini, Anies Baswedan menunjukkan bukti dan praktek atas sebuah gerakan yang beliau canangkan. Indonesia Mengajar.

Beberapa hari sebelum studium generale, kami telah diberi tahu bahwa kanthi #31 akan memberi penghormatan untuk “Mas” Anies. Sempat simpang siur terdengar bahwa jika diminta, kami akan deville di depan rektor salah satu universitas swasta ternama ini. Namun H-1 SG, harapan kami pupus. Sie acara memberi tahu bahwa deville hanya akan ditunjukkan melalui video.
Hari H, pagi hari kami tetap melaksanakan KBM reguler selama 4 jam pelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan pelantikan pengurus OSIS periode 2013-2014. Di tengah-tengah pelantikan, kami dipanggil oleh komandan 1, Azka dan Mael, untuk bersiap-siap dan segera mengenakan seragam sakral kami. Biru dongker.
Pukul 11 lebih 15 menit, kami dibariskan di parkiran motor depan untuk menyambut kedatangan pak Anies. Cukup lama kami menunggu sampai akhirnya sebuah innova krem berplat Jakarta berhenti di depan gerbang smada. Beliau turun dan dikalungkan untaian bunga oleh penari pembuka. Ivanna dan Fia.
Melewati kami, Mael memberi komando hormat hingga kak Anies sampai di dalam smada. Di ujung sana, Azka menegakkan kami. Lalu kami kembali memberi penghormatan dari ruang guru menuju ke panggung. Saat melewati aku, Fadhil, dan Adis, beliau sempat berkata, “dulu saya juga pakai seragam ini. Sama persis.”
Beliau kanthi angkatan keempat. Angkatan yang pertama kali membuat desain seragam kanthi yang dikenakan hingga sekarang. Berwarna biru dongker, gagah, megah. Beliau berkata bahwa ia turun tangan langsung dalam pendesainan dan pemesanan pertama seragam kanthi ini. Sungguh, ada rasa bangga yang amat kuat saat mendengarnya. Seperti menemukan kakak yang telah lama pergi.
Ya, beliau kakak kami. Tidak peduli jika sebelumnya tak pernah mata kami berjumpa, tak peduli jika sesungguhnya beliau lebih cocok kami panggil bapak ketimbang kakak. Ada rasa hangat, seperti menyambut keluarga yang lama tak berjumpa.
Di pertengahan SG, bu Lis memberi tahu bahwa kami positif deville didepan kak Anies. Tanpa persiapan. Waktu yang tinggal sedikit kami manfaatkan untuk latihan formasi agar bisa memberi yang terbaik bagi beliau.
Setelah SG selesai, kami bersiap di lapangan basket untuk deville walau tanpa persiapan dan latihan yang berarti. Alhamdulillah, baik pasukan putri maupun putra sukses menampilkan formasi kami. Suatu kehormatan bagi kami ketika kak Anies menyalami kami satu persatu dan memberikan motivasi yang menggugah kembali semangat kami.

“Saya tahu kalian lelah dan panas bila latihan seperti ini. Tapi kalian harus ingat satu hal. Apa persamaan permata dengan batu bara? Keduanya sama-sama senyawa karbon. Namun apa yang dilalui keduanya tidaklah sama sehingga menjadikannya berbeda. Permata melalui proses yang berat. Di tempa dengan suhu tinggi, dan proses-proses lain. Jelas berbeda dengan batu bara. Batu bara banyak jumlahnya, sedangkan permata sedikit. Saya berharap kalian bisa menjadi permata bagi smada J

Kak Anies, filosofi karbonmu akan selalu kami ingat...

-31-