“jadilah permata bagi smada”
Sebuah kalimat singkat yang terlontar dari kakak angkatan
jauh diatas kami. Beliau angkatan 4, sedangkan kami 31. Walau terpaut 27 tahun,
beliau tetap ingin kami panggil “mas”. Mas Anies Rasyid Baswedan.
Adalah studium generale. Sebuah event yang digelar oleh
kami, Smada Yogyakarta. Dimana di acara ini, Anies Baswedan menunjukkan bukti
dan praktek atas sebuah gerakan yang beliau canangkan. Indonesia Mengajar.
Beberapa hari sebelum studium generale, kami telah diberi
tahu bahwa kanthi #31 akan memberi penghormatan untuk “Mas” Anies. Sempat
simpang siur terdengar bahwa jika diminta, kami akan deville di depan rektor
salah satu universitas swasta ternama ini. Namun H-1 SG, harapan kami pupus.
Sie acara memberi tahu bahwa deville hanya akan ditunjukkan melalui video.
Hari H, pagi hari kami tetap melaksanakan KBM reguler selama
4 jam pelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan pelantikan pengurus OSIS
periode 2013-2014. Di tengah-tengah pelantikan, kami dipanggil oleh komandan 1,
Azka dan Mael, untuk bersiap-siap dan segera mengenakan seragam sakral kami.
Biru dongker.
Pukul 11 lebih 15 menit, kami dibariskan di parkiran motor
depan untuk menyambut kedatangan pak Anies. Cukup lama kami menunggu sampai
akhirnya sebuah innova krem berplat Jakarta berhenti di depan gerbang smada.
Beliau turun dan dikalungkan untaian bunga oleh penari pembuka. Ivanna dan Fia.
Melewati kami, Mael memberi komando hormat hingga kak Anies
sampai di dalam smada. Di ujung sana, Azka menegakkan kami. Lalu kami kembali
memberi penghormatan dari ruang guru menuju ke panggung. Saat melewati aku,
Fadhil, dan Adis, beliau sempat berkata, “dulu saya juga pakai seragam ini.
Sama persis.”
Beliau kanthi angkatan keempat. Angkatan yang pertama kali
membuat desain seragam kanthi yang dikenakan hingga sekarang. Berwarna biru
dongker, gagah, megah. Beliau berkata bahwa ia turun tangan langsung dalam
pendesainan dan pemesanan pertama seragam kanthi ini. Sungguh, ada rasa bangga
yang amat kuat saat mendengarnya. Seperti menemukan kakak yang telah lama
pergi.
Ya, beliau kakak kami. Tidak peduli jika sebelumnya tak
pernah mata kami berjumpa, tak peduli jika sesungguhnya beliau lebih cocok kami
panggil bapak ketimbang kakak. Ada rasa hangat, seperti menyambut keluarga yang
lama tak berjumpa.
Di pertengahan SG, bu Lis memberi tahu bahwa kami positif
deville didepan kak Anies. Tanpa persiapan. Waktu yang tinggal sedikit kami
manfaatkan untuk latihan formasi agar bisa memberi yang terbaik bagi beliau.
Setelah SG selesai, kami bersiap di lapangan basket untuk
deville walau tanpa persiapan dan latihan yang berarti. Alhamdulillah, baik
pasukan putri maupun putra sukses menampilkan formasi kami. Suatu kehormatan
bagi kami ketika kak Anies menyalami kami satu persatu dan memberikan motivasi
yang menggugah kembali semangat kami.
“Saya tahu kalian
lelah dan panas bila latihan seperti ini. Tapi kalian harus ingat satu hal. Apa
persamaan permata dengan batu bara? Keduanya sama-sama senyawa karbon. Namun
apa yang dilalui keduanya tidaklah sama sehingga menjadikannya berbeda. Permata
melalui proses yang berat. Di tempa dengan suhu tinggi, dan proses-proses lain.
Jelas berbeda dengan batu bara. Batu bara banyak jumlahnya, sedangkan permata
sedikit. Saya berharap kalian bisa menjadi permata bagi smada J”
Kak Anies, filosofi karbonmu akan selalu kami ingat...
-31-